Aku bingung harus memulai dari mana. Apa yang bisa aku jadikan alasan agar hatiku bisa mengerti bahwa kamu harus aku lupakan. Beberapa kali logika ku berkata namun hati ini selalu saja tidak menghiraukannya, Lalu apalagi yang harus ku lakukan. Rasanya tubuh ini bergerak dengan kata hati. Sulit sekali aku kendalikan. Sekuat apapun aku menahannya, namun sulit. Sering kali aku tersadar ketika segala sesuatunya telah mulai diluar kendaliku.
Terkadang tanpa sadar, aku mengikuti langkahmu. Tanpa sadar aku berusaha meluangkan waktu untuk selalu berada di lingkup yang sama denganmu, padahal kegiatan yang aku korbankan justru lebih penting dari pada hanya sekedar melihatmu dari kejauhan. Tapi tubuh ini bergerak dengan sendirinya tanpa berpikir panjang. Rasanya kata hatiku lebih besar dari pada sebuah logika yang seharusnya lebih masuk akal.
Ingin berhenti namun aku lupa dari mana aku memulainya waktu itu. Sehingga aku tak bisa kembali ke saat sebelum aku menjatuhkan hatiku terhadapmu. Aku butuh cahaya untuk menerangi jalanku kembali. Aku juga butuh kendaraan agar bisa sampai lebih cepat ketempat tujuanku. Aku pun butuh seseorang untuk menunjukkan jalan mana yang harus aku lalui. Tapi, aku tak tau apakah hal yang aku butuhkan ini akan aku dapatkan sekarang ? Yang aku tau saat ini adalah kebingunganku. Kebingunganku akan hal apa yang harus aku lakukan. Melangkah atau tetap menunggumu datang menyambut tanganku dan menuntunku ke dalam kisah hidupmu.
Aku terpaku pada suasana yang kau tawarkan. Dengan hawa yang sejuk menusuk hingga ke tulang rusuk namun kau tetap bisa membuatku nyaman dengan pemandangan yang kau suguhkan. Hingga akhirnya aku bingung keputusan apa yang harus ku ambil. Pergi dari mu atau menetap dan menikmati pemandangan indah dari tempatku ini.
Namun dari titik ini pula akhirnya aku sadar, yang benar-benar aku butuhkan saat ini adalah kepastian. Bukan sekedar kehadiranmu yang hanya bisa kulihat dari jauh, namun aku juga ingin menyapamu dan bersenda gurau sedikit hanya untuk sekedar melihat tawamu. Aku iri pada teman-temanmu yang bisa menyita tawa dan candamu. Sedangkan aku disini hanya sebagai penikmat senyum simpulmu tanpa bisa berkata apapun padamu. Pastikanlah bahwa kamu layak untuk aku tunggu, untuk aku doa kan, untuk aku harapkan mengisi masa depanku. Setidaknya bisakah sekali saja kau menegurku dengan senyummu? bukan teguran karena ada sesuatu yang penting. Tapi teguran yang berakhir dengan pengenalan kita satu sama lain. Hanya itu yang aku harapkan untuk memastikan apakah benar keputusanku untuk menunggumu, atau seharusnya aku pergi?
Dan satu hal sederhana yang aku tunggu saat ini adalah "pesan singkat darimu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar