Banana Leaf On Vacation
Ini adalah kisah gue, Nanda dan Wita
(Banana Leaf) yang absurd banget di Jakarta. Jadi ini kejadiannya itu udah
lumayan lama. Gue inget banget ini kejadian tanggal 23 November 2012. Gue baru
nge-posting sekarang karena baru sempat. Maklum gue kan baru aja keluar dari
rimba persekolahan.
Jadi Saat itu kita masuk ke 105 Finalis
dari acara yang diadakan Daihatsu yang
mengharuskan kami mengikuti kegiatan selanjutnya di Jakarta.
Pada awalnya kami hanya iseng membagi
beberapa cerita konyol yang pernah kami alami ke sebuah lomba yang di adakan
Pihak Daihatsu tersebut. Dan waktu itu nama Programnya “Daihatsu Mencari Cerita
Tentang Sahabat”. Setelah mengirim 7 cerita aneh bin ajaib tentang kami,
tiba-tiba datang sebuah kabar berita bahagia yang dibawakan langsung oleh Naga
indosiar. (Pesan Moral : Hanya orang2 lugu yg percaya sama Naga indosiar)
Gue ingat banget waktu itu Pertama kali
dengar kabar kalau kita masuk nominasi 105 perserta yang akan tampil di
jakarta, rasanya gue senang banget. Pulang kerumah gue langsung salamin Mama,
Papa, Adek gue dan tak lupa kucing kesayangan gue “Cimus” yang hanya menatap
gue dengan pandangan iri dan dengki.
Waktu itu gue denger kabarnya melalui
seorang anak SMA bertubuh mungil yang melayang ke kelas XII Ips 2 karena sedang
krisis pulsa. Ya, dia adalah Chibi. Bukan, dia bukan spesies kartun. Gue masih
ingat banget saat itu dengan badannya yang mungil mengambang diudara
menyampaikan kabar Bahagia itu. Kira-kira beginilah percakapan singkat kami
yang menggunakan Bahasa Melayu :
“Del, tadi kau dicari Nanda.”
“Ye keh? Emang ngape?”
“Tadi sih aku denger Nanda di telpon
sama orang Daihatsu. Trus kitak tuh masuk jadi finalis yang disuruh ke
Jakarta?”
“Hah benarlah. Bual kau yak”
“Astagfirullah benar del. Tak cayak kau.
Cobe tanya Nanda.”
“Bual yak bual. Kau bual makin kecik
macam kutu badan kau tuh.”
“Astagfirullah, tadak del. Nah kalau aku
bual sariawan aku makin lebar.”
Karena chibi udah ngomong dengan wajah
yang serius, lebih serius dari reporter TvOne. Akhirnya turun lah gue pontang-panting
menuju kelas nanda. Dan pada saat itu gue lagi dongkol, karena sepatu gue nggak
ada di tempat dan akhirnya gue nyeker ke kelas Nanda. Terkutuklah yang make
sepatu gue waktu itu karena gara-gara itu gue dicegat pak kus (Guru teladan yg
jago pake bahasa JAWLISH, Jawa English) gara-gara nggak pake sepatu. Dan akhirnya
selama 5 menit gue harus berbincang bincang dulu sama dia. Demi Tuhan tolong
yang ngerasa sempet make sepatu gue saat itu, kembali kan waktu 5 menit
berharga gue.
-..-
Sampai di kelas Nanda, eh temen-temen
sekelasnya udah pada ngomong yang sama kayak Chibi. Tapi si Nanda malah lagi
berduaan sama pak Mislan (tolong jangan mikir yang aneh-aneh). Katanya sih ada
urusan gitu. Jadi ceritanya agak sedikit tertunda. Setelah selesai, mulai lah
Nanda bercerita.
“Tadi tuh ada orang Daihatsu nelpon.
Jadi dia bilang kita harus ngikutin seleksi selanjutnya di jakarta.”
“tapi biaya?” gue mulai khawatir. Maklum
dompet lagi abrasi.
“semuanya di tanggung mereka. Dari
penginapan, makan, sampai transportasi.”
“eeh benarlah??”
“benar del!!”
Mulailah kami cengengesan bahagia.
Hidung pun kembang kempis denger fasilitas gratis. Lalu kami pun menemui Wita
dan menceritakan hal yang sama. Karena begitu senang wita tertawa dengan suara
khas nya yang membahana serta terdengar nyata. Mirip suara kuntilanak menang
togel berhadiah australi. Kalian kalau ketawa 1 menit aja pasti pipi udah
pegal. Tapi Wita mampu tertawa hingga berjam-jam. Kalau kalian nanya kok bisa
Wita kayak gitu? Gue juga nggak tau Wita ini spesies apa.
Sebelum hari yang kami tunggu itu tiba,
beberapa penolakan dan kekhawatiran datang dari orang tua kami yang menduga
bahwa itu adalah penipuan. Mulailah kami menjelaskan hingga mulut berbusa waktu
itu. Hampir aja gue masuk rumah sakit gara-gara dikira nelen B29. Dan saat
orang tua kami telah mengerti, tumbuh lagi satu bisul yang belum terpecahkan.
Yaitu dari guru-guru kami. Kami kesulitan untuk mendapatkan ijin karena kami
pergi saat hari jam kerja sekolah beroperasi.
Jadi kita waktu itu ijin di ruang Waka
kesiswaan. Dan disana kami bertemu dengan guru kami yang berkumis lebat (udah
kayak hutan hujan tropis) *pisss pak* dan satu lagi pak Tris yang juga memiliki
kumis indah (seperti habis di rebonding). Beginilah kira-kira percakapan
panjang kami,
“Pak, kita mau ijin..”
“kemana?”
“ke jakarta pak, jadi gini pak, bla bla
bla bla (sorry gue capek mau ngetik nya. kalian sih enak tinggal baca. pokok
intinya kita minta ijin buat ngehadirin itu acara)
“eeh jangan sembarangan tuh. Hati-hati
penipuan. Nanti kalau kitak di jual jadi TKI maookk??!!” Kata pak Agus cemas.
Semacam bergidik ngeri juga gue
dengarnya. Sempat terbayang bila benar kami akan dijadikan TKW, maka hancurlah
masa depan dan terbitlah masa suram. Ohh Tidaaaakk (lagu syahrukan terdengar
dari kejauhan).
Akhirnya untuk meyakinkan bahwa itu
bukan penipuan, Yah sekali lagi bukan PENIPUAN. Kita nelpon contact person yang
tertera pada undangan kami. Dan inilah percakapan pak Agus dengan orang travel yang
akan bertanggung jawab atas kami.
Singkat cerita pak Agus menanyakan
tentang itu acara. Dari A-Z semua ditanyain detail. Dari menyampaikan
kekhawatirannya sampai Keudikan kami. Ntah apa kata mereka saat mendengar pak
Agus mengucapkan kalimat ini “Maklum lah mbak, mereka ni bah orang kampung. Tak
tau apa-apa. Polos mbak! Mereka tau jakarta jak liat google dulu” Kata Pak Agus
sambil mengusap kumisnya. Rasa malu pun mulai menggerogoti hati kami. Seakan-akan
kita udah kena wabah keudikan stadium akhir. Rasanya pengen tewas ditempat!
Setelah mendengar penjelasan dari mbak-mbak
yang ditelpon itu pak Agus pun memberikan ijin. Namun masih ada syarat nya,
kita harus ijin lagi dengan wali kelas. Dan ini kabar bener-bener horror buat
gue dan Nanda. Tau dong wali kelasnya Nanda siapa? Dan tau dong wali kelas gue
siapa? Silahkan kalian menebak sendiri apa yang terjadi saat kami meminta ijin
dengan wali kelas masing-masing. (alhamdulillah positif di ijinkan)
Sebelum melakukan keberangkatan itu
kami, Iya kami Banana Leaf dibantu dengan manager kami yang merupakan Adik Wita (Syifa) sempat menjadi pedagang
kaki 16 (dihitung dengan kaki meja). Waktu itu jujur kita udah seneng banget
dengar semua nya di tanggung disana. Tapi karena kita udah di cuci otak dengan
berbagai argumen tentang hidup di jakarta itu keras akhirnya kita mencoba
mencari uang tambahan untuk pergi kesana supaya tidak terlalu memberatkan kedua
orang tua kami.
Saat itu kami berjualan di sekolah kami
sendiri yang kebetulan sedang merayakan acara ulang tahun sekolah besar-besaran
(sebelumnya Cuma dengan lomba karoke) dan mengundang anak-anak sekolah lain. Pada
saat itu dengan bermodal yang kecil dan niat yang kuat serta semangat yang
menggebu-gebu (seperti air mendidih yang ada balon2 uapnya) kami memulai
membuka stand yang kami beri nama dengan nama kami sendiri “Banana Leaf”.
Singkat cerita, semua itu telah kita
lewati dengan sukses dan meraup keuntungan yang lumayan gede buat kami. Akhirnya
kami bisa sedikit bangga di depan ortu karena kita sudah bisa bilang ini uang
hasil kerja keras kita 3 hari kemarin (meskipun modal dari mereka).
Akhirnya Hari yang kami tunggu pun tiba.
Tepat di tanggal 23 November 2012 Pagi-pagi sekali si Nanda, Ibu dan Ayahnya
sudah berada di rumah gue. Hanya wita aja yang nggak ada. Karena kami janjian
akan bertemu langsung di Bandara. Soalnya Wita berangkat dari rumahnya yang di
Kakap (maklom orang jaohh).
Setelah semua siap, kita otw ke bandara.
Setelah sampai, gue sama Nanda nungguin Wita yang lumayan lama nyampainya
(maklom orang kakap). Tak lama, terlihatlah sesosok wanita berkerudung dan
berjubah hitam (nyaris tak terlihat karena gelap) menghampiri kami. Ya Dia
adalah Wita.
“sorry coy lama, Tadi tuh bah di Ayani
macet. Tak tau kalik ade artis kakap nak lewat. Kesal aku.”
*mendengar itu kami pun menceburkan wita
ke tambak piranha terdekat*
Lagi asik-asiknya kami menceburkan Wita, eh ternyata bokap gue negur seseorang yang sudah tak asing lagi. Yup
dia adalah bokapnya Wita. Kita bertiga pun termangap dengan lebar. Wewangian
dari mulut kami mulai menghantui seisi bandara.
“Papa kenal?” tanya gue heran.
“Iya, ini teman papa dulu waktu main
volly”
Oke oke, biar gue perjelas dulu. Jadi
sebelumnya bokap si Nanda adalah temen yang pernah kerja dengan Bokap gue. (eh
bener nggak yah? Bodo ah! Intinya mereka Teman!) Tapi mungkin karena nggak
pernah ketemu bokap nya Wita akhirnya baru sekaranglah terbongkar ternyata
bokap kita dulunya pernah temenan (juga). Tapi ini bukanlah sesuatu yang
horror. Horror itu kalau ternyata mereka bertiga pernah bikin boyband. Duh,
jangan sampai!!
Lanjut lagi kecerita. Setelah nunggu di
ruang tunggu dan naik bis menuju pesawat, akhirnya sampai juga di pesawat. Dan
masalahnya, tempat duduk gue sama Nanda dan Wita pisah jauh. Rasanya gue kualat
sama ajun (pacar nanda disurga) sewaktu menertawakan dia di PJP. Iya, yang itu
loh pas adegan Ajun nonton bioskop berdua sama gebetan, eh tau2nya duduknya
pisah 3 meter.
Saat itu Gue duduk di samping
bapak-bapak, yang dari tampangnya sih baik-baik. Kalau Nanda di samping
mbak-mbak yang kayaknya Kece banget, Kalau wita sih kalau nggak salah duduk
dekat bapak-bapak juga. Padahal sih gue sempet ngarepnya bisa sebelahan sama
cowok ganteng gitu deh. Tapi apa daya yang ada disebelah gue sekarang adalah bapak-bapak
yang tampangnya baik (kayaknya).
Setelah landing dan keadaan pesawat
mulai aman gue membuka mata dan mulai menikmati penerbangan. Syukur deh
penerbangan waktu itu gue nggak mabuk udara. Tapi masalahnya bapak-bapak
sebelah gue nih yang udah mulai menunjukkan gejala akan adanya cairan kuning
yang keluar dari mulutnya (hoeek). Kalau gue sempat jualan ember di pesawat
kemaren mungkin gue bisa menambah uang jajan lagi buat dijakarta. Dan bener aja
dia beneran muntah. Dan gue hampir aja follow dia. Akhirnya karena takut
terfollow gue sibuk menghibur diri aja. Dan tanpa ampun gue Segera memBlock
bapak itu.
Tak terasa 1 jam di dalam pesawat itu
kami sampai juga di Bandara Internasional Soekarna Hatta. Pertama kali gue
sampai di Bandara, kita disambut sama sesosok pria yang Namanya (kalau nggak
salah) Arif. Yah, cowok itu berpenampilan biasa saja namun dia punya Jenggot
udah kayak akik-akik 70 tahun. Dan dia adalah Panitia Acar yang akan kami
hadiri. Nah dari bandara kita semua dibawa ke hotel tempat kami menginap. Saat
itu kita di pandu dengan Bu lili sebagai orang perwakilan dari travel. Dan
ternyata ibu ini juga dari Pontianak. nampak-nampaknye sih die orang cine
singkawang.
Sewaktu sampai di hotel tempat kami
menginap suasana disana masih lumayan sepi. Maklum kita adalah peserta dari bis
1 yang sampai disana. Setelah itu kami dan peserta yang tadi nya juga ada di
bis 1 berkumpul di satu ruangan dan mendapat kunci dan nomor kamar yang akan
kami tempati. Lalu setelah itu kami menuju kamar yang telah disediakan yang
terletak di lantai 7. Setelah menyimpan barang kami dikamar yang telah
disediakan kami turun kembali untuk makan siang. Ini gue udah mulai puyeng pas
keluar dari lift (maklum dirumah bah tidaaa adaaa).
Makan siang berlangsung dengan nikmat
dan lahap karena saat itu kita memang sedang lapar bukan main. di tambah lagi
makanan retaurant hotel yang disajikan ke kami benar-benar makanan mewah ala
orang kaya (yah maklum lah kebiasaan makan pucok ubi). Karena banyaknya makanan
yang kami lahap saat itu, dari makanan pembuka, penengah, sampai penutup akhirnya
begitu naik lift ke lantai 7 lagi rasanya makanan tadi pengen keluar lagi.
Dikamar gue sendirian. Karena gue
terpisah dengan Wita dan Nanda. Gue juga nggak ngerti kenapa. Gue galau lalu
kucuran dibawah wastafel.
Gue heran deh, Padahal teman baru kita
yang berasal dari Kupang mereka dapat 1 kamar bertiga. Lah gue, kepisah
sendiri. Dan gue nggak tau siapa temen sekamar gue. Tapi untungnya kamar gue
sama Nanda dan Wita bersebelahan dan ada pintu penghubungnya. Jadi setelah
pintu itu dibuka jadilah 2 kamar ini menjadi satu. Terima kasih doraemon.
Tak terasa setengah jam kami
beristirahat. Sesuai jadwal jam 3 kami sudah harus berada di lobby untuk
menghadiri makan malam di ancol. Nah masalahnya kita bertiga belom mandi. Pas
mau mandi eh masalah besar terjadi pada kami. Sudah waktunya mepet, tapi
penyakit udik kami malah kumat di saat genting seperti ini. Tapi sebelumnya
maaf, gue udah sepakat untuk tidak membagi apa itu keudikan kami disini. Silahkan
tebak sendiri. Yang berhasil menebak atau sudah tau, tolong jaga kerahasiaan
itu DEMI karier kami sebagai Artis yang booming dikalangan tukang ojek ini.
Setengah jam kami memutar otak agar bisa
mandi namun tak berhasil. Tak lama kami pun sudah ditelpon sama panitia yang
mengingatkan lagi, bahwa setengah jam lagi sudah harus berada di lobby.
Mampuslah kalau telat. Akhirnya kita bertiga memutuskan untuk TIDAK mandi.
Sebenarnya ini Aib, tapi yasudahlah. Toh waktu itu kita nggak mandi tetep banyak
yang suka. Contohnya si Nanda, baru berapa jam di jakarta pas di bus udah ada
yang ngaku suka sama dia. Padahal belom mandi tuh. Apalagi kalau mandi. Mungkin
pas balik ke pontianak, nama Nanda langsung di blacklist dari Kartu Keluarga
karena ketauhan sama orang tuanya karena Nanda berhasil menggaet supir bis
dijakarta. Dan gue Cuma bakalan bilang “Congrats Nanda”.
Nah lanjut lagi, Waktu acara makan malam
gue seneng banget. Jiwa-jiwa keudikan mulai kumat. Bayangin aja nih, meja makan
malamnya panjang bener, dan isinya makanan semua. Iya makanan. Ada ayam dan
udang yang berhasil tewas dalam balutan tepung dan masih banyak lagi. Pulang
dari sana isi perut gue langsung nggak karuan rasanya. Soalnya ntah makanan apa
yang masuk ke perut gue.
Nah, setelah kita sampai di hotel kita
pun nggak langsung tidur. Kita latian dulu buat pertunjukan besok. Bukan, bukan
pertunjukan topeng monyet. Kira-kira kita tidurnya jam 1 lewat gitu deh.
Pagi nya kami telat ngumpul (LAGI) di
ruang lomba. Dan ini masih gara-gara keudikan kemarin. Sewaktu sampai diruang
lomba akhirnya kita sulit deh dapat tempat duduk. Tapi setelah dapat, dan nama
sudah dipanggil kita menunggu di depan sebuah ruangan yang mirip ruang audisi
itu. setelah selesai dan keluar dari ruang audisi dengan berlinang air mata Bukan
karena kami sudah tau akan kalah, tapi ini karena kami menceritakan kehidupan
kami.
Setelah selesai mengikuti berbagai acara
siang itu dan telah puas mengabadikan momment2 di sana kami kembali ke kamar
dan kembali bersiap-siap untuk dinner sekaligus menghadiri acara puncak ulang
tahun Daihatsu tersebut. Dan kali ini kami telat (lagi lagi). Tapi kali ini
bukan karena keudikan kami, tapi karena sibuk make-up cyiinn. Gue inget banget,
saat itu tiba-tiba bis kita diganti. Dan terpaksa harus berpisah dengan
orang-orang yang ada di bis 1. Karena keterlambatan kami, kami harus mencari
bis yang kosong. Dengan wedges yang berat dan bakalan sukses bikin anjing
pendarahan ini gue lari mengikuti langkah nanda dan wita yang lumayan lebar
saat itu.
Singkat cerita sampai lah kita di bis
dengan ketek yang becek, lebih becek dari jamban pasar. Untung kita menggunakan
deodorant mahal. Ah kok jadi bahas ketek?!!
Waktu itu Gue inget banget sebelum masuk
ruang teaternya kita makan dulu. Dan karena nggak disediakan kursi akhirnya
seluruh 105 peserta itu makan duduk di depan pintu teater dengan duduk bersila
rapi. Mirip orang2 yang lagi kelaperan mau demo.
Tak terasa pintu teater pun dibuka. Disana
kita mendengar pengumuman pemenang yang berhasil mengikuti audisi tadi siang. Dan
kami tidak berhasil. Gapapa lah. Sudah sampai disana saja kami sudah senang dan
bangga. Dan setelah acara selesai, karena tadi ada artis yang juga ikut
meriahkan acara itu kita tentunya nggak mau ketinggalan dong buat foto bareng
mereka. Waktu itu kita berniat buat foto dengan BCL, personel SO7, Ruben Onsu,
Deswita, dan masih banyak lagi yang gue lupa namanya karena terlalu banyak.
Saat itu kita Cuma berhasi foto bareng
sama mantan gue. Yap, dia adalah Elang Nuraga. Karena waktu itu, Cuma dia yang nggak di serbu
sama peserta lain (mungkin kemarin dia belom terlalu terkenal seperti
sekarang). waktu itu dengan gugup dan percaya diri maksimal gue datang
menghampiri dia yang sedang nungging2 betulin gitar.
“mas, boleh minta photonya.” Tanya gue
gugup dan bersiap-siap ditendang ke samudra atlantik kalau dia menolak.
“oh boleh.” Whooaa senengnya bukan main.
langsung aja deh gue foto dan nggak ketinggalan Nanda dan Wita juga ikutan. Kalau
Wita slain dia berhasil foto bareng Elang. Dia juga berhasil foto sama......
siapa ya? Gue lupa. Pokok intinya dia juga artis. Ciri2nya rambutnya kribo
mirip pohon beringin. Silahkan ditebak. Kalau si Nanda berhasil sih foto bareng
sama vokali SO7, meskipun Cuma kepala nya doang yang nongol. Asli foto ini
maksa banget.
Saat itu kita nggak bisa nemuin dimana
keberadaan BCL. Ternyata BCL sudah dilarikan ke backstage saat itu gara-gara
tingkat keganasan peserta meningkat. Rata2 sih ibu-ibu. Kami sebagai remaja
sopan, baik nan santun Cuma bisa mengalah pada ibu-ibu yang sedang rebutan
mengakui BCL adalah anaknya. Sungguh dramatis.
Acara pada malam itu benar2
membahagiakan. Berbagai pengalaman banyak yang kami dapatkan dari acara itu.
dan kini saatnya kami bilang “Terima Kasih Daihatsu”. Setelah acara selesai,
kami pun kembali ke hotel dan tidur pulas.
Malam itu gue adalah orang pertama yang
tidur. Karena gue merasa sedikit ada yang konslet sama kepala gue. Pusing
banget. Mungkin juga karena kecapean. Dan gue juga nggak tau si Nanda dan Wita
tidur jam berapa. Yang jelas saat mereka masih gossip gue udah sampai Samudra
hindia.
Tak terasa hari kepulangan tiba. Rasanya
pengen nangis ninggalin jamban hotel yang segede kamar gue di pontinak (eh
keceplos). Sebelum meninggalkan jakarta, kita pun maksain diri buat belanja ke
Tanah abang waktu itu. untungnya jadwal keberangkatan kami agak siang dikit,
jadi masih ada waktu buat kami kabur dari hotel. Yup, kita kabur dari hotel. Alhasil
karena keadaan itu dipaksakan tentunya kami tidak mungkin kabur menggunakan bis
parawisata yang kami gunakan selama 2 hari terakhir. Akhirnya kami naik bajaj.
Waktu itu ada om nanda yang ikut
mendampingi kami memuaskan hasrat belanja. Setelah kira2 1000 kantong yang kami
tenteng buat balik ke pontianak, kita pun langsung balik lagi ke hotel. Takut ketahuan
kabur dan takut juga ketinggalan bis buat ke bandara.
Dan setelah meninggalkan kota Jakarta
dan kembali ke Pontianak kami nggak pernah merasa kalau kenangan itu tertinggal
disana. Kenangan disana itu udah kita bawa balik ke Pontianak dengan terbungkus
rapi hingga sekarang masih bahagia untuk diingat.
Dan gue bakalan bagi2 dikit foto2 saat
kita disana..
Inilah penghuni awal bis 1. huaaa kangeenn :(
Ini lagi narsis bareng bu Lili
Sedang nunggu giliran masuk ruang audisi
ini gue bareng manta (elang nuraga) xD
Wita dan...
inilah nanda yg maksa banget -_-
penghuni bis 1 lagi dinner
menu sarapan hari ke2
Setelah selesai acara
Sebelum meninggalkan hotel
Penari Ronggeng Dadakan
Okedeh segitu yang bisa gue posting tentang ke absurd-an Banana Leaf. Okeh, gue pamit dulu. Bye!!
Salam Calon Mahasiswi
Shadela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar