Welcome

Love jatuh

Selasa, 29 Desember 2015

Menunggu Vs Harapan

Assalamualaiku,wr.wb

Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam dan selamat subuh. Jawab saja sesuai waktu kalian membaca postingan ini.

Seperti biasa, kalau lagi hotspotan dan aku nggak tau mau ngapain pasti aku bakalan nge-blog. Meskipun nggak tau apa yang mau ditulis, tapi aku tetap nge-blog. Mungkin itu alasannya kenapa isi postingan blog ini nggak ada manfaatnya sama sekali. Isinya cuma sekedar curhatan-curhatan aja. Mungkin kalian pikir aku nggak punya diary buat nulis masalah, atau aku caper sengaja nulis disini? 

Aku punya diary, dan aku suka nulis diary. Cuma nggak tau kenapa aku juga suka nulis disini. Tapi percayalah apa yang aku tulis disini nggak lah se detail ataupun sekomplit apa yang aku tuliskan di diary. Kalau untuk cari perhatian? Nggak juga. Malah aku bukan tipe orang yang suka di perhatikan. Aku lebih suka sendirian. Jadi aku menulis disini, cuma karena suka aja. Kalau ditanya kenapa bisa suka? Sepertinya diotakku belum ada jawabannya. Jadi aku cuma bisa bilang nggak tau.

Hmm.. Jadi tadi barusan listrik di cafe tempat aku hostpotan ini mati lampu. Jadinya sebelum nulis di blog aku tulis di word. Lalu, datanglah seorang bapak (pemilik cafe) mengatakan untuk menunggu. Karena dia akan menyalakan genset (bener nggak sih? kalau salah maklumi aja yah. soalnya dirumah nggak punya yang begituan. Ha Ha Ha). Sejenak aku merasa akan menunggu, namun tetap aja di hatiku seperti ada yang berteriak menunggu tidak ada gunanya. Menunggu hanyalah membuang waktu. Menunggu bukanlah pilihan yang tepat. 

Ntahlah dari mana pemikiran itu lahir. Tapi menurutku, pemikiran ini ada karena pengalaman yang buruk dalam hal menunggu. Menunggu memang menyebalkan. Tapi pernahkah kalian merasakan menunggu yang paling menyebalkan dalam hidup kalian? Contohnya, menunggu seseorang mengatakan perasaannya pada kalian. Pada saat disuruh menunggu saat listrik padam, aku masih bisa menerima meskipun sedikit kesal. Tapi jika aku disuruh untuk menunggu seseorang untuk mencintaiku lagi, aku akan berpikir ribuan kali. Sudah berapa tahun sejak aku menyia-nyiakan hidupku untuk orang yang ingin aku tunggu hatinya terbuka untukku. Namun apa yang terjadi, aku menunggu hingga 3 tahun. Tapi yang ada, dia malah membuka hatinya untuk orang lain. Sungguh penantian yang sia-sia.

Aku tidak mau lagi hidup seperti pengemis yang menyedihkan. Tapi, Tidak. Bahkan aku lebih menyedihkan dari pengemis. Saat pengemis mengemis didepan orang lain, biasanya akan ada yang mengasihaninya dan memberikannya sesuatu. Tapi aku? Sekeras apa pun sebenarnya aku berusaha agar dia melihatku, dan menganggap keberadaanku yang menyukainya, bukannya aku mendapatkan balasan atau sekedar belas kasihan. Yang kudapat hanyalah Luka. Luka…

Itulah mengapa beberapa waktu ini, aku berhenti menunggu seseorang. Aku lebih baik menyangkal. Namun tanpa aku sadari, ada pula kalanya rasa yang tak bisa disangkal itu datang. Ntah dari mana datangnya, seperti hantu. Nggak mirip hantu sih, dia lebih menyeramkan dari pada hantu. Aku lebih takut sama perasaan ini. Kalau hantu, dibacain doa-doa mungkin hilang. Tapi kalau perasaan ini? Mau dibacain doa apa aja rasa ini tetap akan ada. Cinta. Rasa itu kembali setelah aku hilangkan dan aku sangkal keberadaannya.

Mr.Cloud. Aku nggak kenal dia sebelumnya, ketemu dia juga baru 2x itu pun nggak lama. Cuma sekedar say hai dan membicarakan yang meskipun menurut aku penting tapi mungkin buat dia Cuma angin lalu. Anehnya, setelah aku resapi dan renungkan kembali rasa ini sudah ada jauh sebelum aku bertemu dengannya. Bisa dikatakan pertama kali liat fotonya di facebook. Anehkan? Tapi aku sangkal, sepertinya itu hanya rasa suka. Seperti rasa suka Fans ke idolanya. Dan aku pikir nggak akan jadi masalah kalau nggak aku bahas-bahas. Tapi semakin ke depan, semakin aku mengetahui tentangnya, semakin punya kesempatan untuk bertemunya, rasa itu menjadi menakutkan. Rasa ini masih aku sangkal hingga sekarang. Ini hanya perasaan suka. Aku baru bisa mengatakan ini cinta jika rasa ini bisa bertahan selama 3 tahun sama seperti perasaanku dulu ke seseorang yang sekarang berada nun jauh disana.

Lalu apa artinya aku akan menunggu lagi? Tidak. Aku sudah berjanji tidak akan menunggu lagi. Mari kita mulai dengan permulaan yang baik. Tentu aku tidak akan menunggu dengan fanatic seperti dulu. Menunggu tanpa mau mengenal pria lain. Yang ada dikepalaku hanya dia. Aku nggak mau lagi jadi seperti itu. Tentunya tanpa sengaja, pasti aku akan menyebut sikapku menunggu Tapi aku tidak ingin seperti dulu. Menanti seperti orang bodoh. Kali ini aku akan menunggu dengan tidak berharap. Salahku dulu adalah, menunggu sambil berharap. Fatalnya harapan itu terlalu besar sehingga aku, Terluka.

Harapan memang terkadang membuatmu kuat. Namun hati-hati juga dengan harapan. Harapan yang berlebihan dapat meninggalkan luka yang sulit sembuh saat harapan itu terjadi diluar kendalimu. Awalnya akan terasa kecewa lalu selanjutnya kamu akan terluka dalam tanpa tau kemana kamu harus mengobatinya. Haruskah kita pergi ke psikolog? Mungkin mereka akan bilang, kamu sudah gila. Lukamu terlalu dalam. Traumamu menyebabkan beberapa syarafmu terganggu. Mungkinkah mereka akan mengatakan seperti itu? Aku tidak tau, karena selama ini aku hanya berusaha mengobatinya sendiri. Karena obat paling manjur untukku saat itu adalah percaya pada diriku sendiri.

Dengan sisa ketegaran yang ada, aku berusaha percaya pada diriku. Aku percaya aku adalah orang yang baik, orang yang pantas mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang aku tunggu selama ini. Jika dia bisa bahagia, mengapa aku tidak bisa? Hal itulah yang aku tanamkan di otakku, sehingga perlahan aku sudah bisa mulai membuka semua pemikiran-pemikiran tentang perasaan. Jika tidak ingin tersakiti lagi, aku harus berhenti berharap. Berhenti berharap bukan berarti aku harus hidup tanpa harapan. Harapan yang aku hentikan hanyalah harapan kepada seorang pria yang aku sukai. Mungkin akan lebih baik, jika sekarang aku mewujudkan harapan orang lain. Harapan seseorang yang berharap bisa bersamaku, dan membahagiakan aku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar