Welcome

Love jatuh

Jumat, 12 Oktober 2012

My Story About Love (Secret Feeling)


Secret feeling

"Aku bukan Menangisi Perpisahan, 
Tapi menyesali Pertemuan. 
Untuk apa takdir mempertemukan kita,
Bila hanya untuk berpisah pada akhir cerita ?"

          Bulan Sabit malam ini tampak indah. Bintang bintang yang bersinar terang melengkapi indahnya langit. Suasana itu di nikmati seorang gadis cantik bernama Diana dari balkon rumahnya. Tiba tiba Handphone diana berdering dari atas meja. Ternyata sahabatnya si Centil Lila yang menelpon.

“Haloo la . . Ada apa ??” tanya diana.

“Sorry yaah din gue ganggu loe malam-malam. Gue Cuma mau nanya tadi loe ada minjem buka Pr Matematika gue nggak?”

“aahh . . nggak ada tuuh la. Coba cari sama Asri mungkin.”

“iyaa deh, ya udah thanks yaah Diana ..”

“iyaa...”

          Setelah menutup telpon diana langsung kekamarnya. Sampai dikamar diana tampak pucat dan ia berjalan terhuyung sambil memegang kepalanya. Dengan cepat tangannya membuka laci meja dan mengambil beberapa butir obat, lalu meminumnya. Diana menarik napas lalu membaringkan badannya dan tertidur.
          
          Hari sudah pagi. Hari ini adalah hari minggu. Waktunya anak anak sekolah bersenang hati.  Tapi, tidak bagi diana. Dia duduk di balkon rumahnya. Ia menatap sebuah tiket yang ada di tangannya. Tiba tiba sang kakak memeluknya dari belakang...

“dek, kakak udah urus semua surat surat pindah kamu. Minggu depan kita pergi yaah?”

“mama berangkat juga sama kita?”

“nggak.. mama ntar nyusul setelah beberapa hari.”

“Ohh.. “

“kok kamu nggak semangat gitu dek? Ini kan demi kebaikan mu juga.”

“kebaikan? Kebaikan apa kak ? knpa sih mama sama kakak maksa aku buat operasi di Singapore ? padahal kan kalian tau, aku bakalan kehilangan memoriku untuk selamanya. Dan bahkan aku nggak akan ingat sama kalian juga.”

“iya dek, kakak tau. Kakak juga sebenarnya tidak ingin itu terjadi. Tapi itu lebih baik dari pada kakak dan mama harus kehilangan kamu untuk selamanya. Sudah cukup kami kehilangan papa. Kami nggak bakal rela jika harus kehilangan kamu lgi.”

“tapi, apa juga gunanya kalau aku hidup harus dari awal ? percuma kan kak ? tetep aja aku harus say good bye sama cita cita aku !!”

“tapi, setidaknya kamu masih ada dengan kami.”
Kak Sera sang kakak diana memeluk diana dan menangis. Ia tau betapa beratnya hidup yang harus dilalui sang adik. Menghapus banyak kenangan dari memorinya bukanlah hal yang mudah diterima adiknya.

            Setelah kakak nya pergi, diana masuk ke kamar dan membuka sebuah kotak yang berisi beberapa foto seorang pria. Pria itu adalah “Rian arizal Septiawan”. Sudah lama diana menyukai Rian. Tapi, karna sang sahabat, Asri yang juga menyukai Rian, dan juga karna diana tau hidupnya tidak bertahan lama, Diana mengalah dan membantu Rian dan asri berpacaran.
“gue bakal pergi dan melupakan elo Rian. Makasih udah pernah singgah, menjadi inspirasi dan juga jadi penyemangat hidup gue selama ini.”
Diana tersenyum dan menutup kembali kotak itu. Tiba tiba sang mama mengetuk pintu.

“diana...buka pintunya sebentar sayang.”

“iya maa... sebentar.”

Diana membukakan mama nya pintu. Dilihatnya mama membawa kan sesuatu untuknya. Seperti biasa pastinya itu adalah segelas air putih dan beberapa obat yang harus dimakan diana pagi ini.

“niih obatnya. Ntar kamu makan yaa. Mama mau belanja sebentar. “

“iyaa maa.”

Diana masuk kembali ke kamarnya. Ternyata diana tidak memakan obatnya. Ia malah membuang obatnya ke toilet.

“gue benci harus makan obat tiap hari. Percuma aja kalau pada akhirnya tetap sama gue bakal mati digerogoti penyakit sialan ini!!” diana menangis.

            Tiba tiba, sebuah suara keras mengaggetkan diana. Diana berhati hati keluar dari toilet dan ia mendapati sebuah sandal jepit tergeletak rapi di atas tempat tidurnya.

“waaah . . siapa nih yang ngelempar sendal ke sini ? dasar sinting !!”
Bergegas diana keluar balkon rumahnya dan mendapati rendi tetangganya sedang berada di bawah.

“wooyy di . . gue udah ketok pintu sampai tangan gue pegal, knpa nggak dibukain?”

“yaah sabar dong. Trus ngapain loe ngelempar sandal jepit keramat loe itu ke kamar gue?”

“yaah biar loe sadar aja kalau ada manusia yang nggak dibukain pintu.”

“ihh . . tunggu gue disitu.”

“eehh tunggu dulu.. sandal gue mana? Balikkin dulu. Jangan loe simpan simpan.”

“iddihh.. siapa juga yang mau nyimpan sandal jepit elit loe itu !! Niih gue balikin!! Besok besok klau ada uang, beli sandal yg baru. jangan beli kerupuk udang melulu. Badan loe tuuh udah kyak kertas kelindes kereta api tau nggak !!”

Diana bergegas turun dan membukakan rendi pintu.

“ada apa sih loe tiba tiba kerumah ? kesambet apaan ?”

“yaah gue Cuma mau ngejenguk elo. Katanya loe sakit.”

“tau darimana ?”

“dari nyokab loe. Gue perhatian kan di?”

“seraaaah loe deeh. Gue mau istirahat niih.”

“ya udaah deeh.. loe istirahat aja, gue udah seneng kok liyat loe dan juga bisa ngebukain gue pintu.”

 “huuuhh... yaa udaah deeh nggak usah ngegombal. Udh cepetan pulang, gue mau tutup pintu niih.”

“iya iyaa. Bye di..”

Rendi pulang dan diana kembali kekamarnya.

           Hari minggu tlah berlalu, kini hari senin pun tiba. Hari pertama di bulan Mei, diana pergi kesekolah, dan terpaksa memberi tahukan ke dua sahabatnya bahwa ia akan pindah ke Singapore. Tentu saja ke dua sahabatnya itu tidak terima dengan keputusan diana. Tapi, sepertinya keputusan diana sudah bulat, hingga ke dua sahabat nya hanya bisa pasrah ditinggal diana.
Bel istirahat pertama tiba. Dari kejauhan, tampak Rian  pacar Asri berjalan menuju kelas Asri.

“Haii di...” ia menyapa diana dengan senyumnya yang manis itu.

“iyaa.. mau nyari asri yaa? Dia nggak disini, katanya tadi ke kantin.”

“ohh .. emm .. gue denger loe mau pindah ke yaa? Knpa di ?”

“iya. Nyokab gue mau cari suasana baru, dan dia juga berencana mau buka cabang untuk bisnisnya disana. Emang kenapa ?”

“aahh nggak. . tadi gue liyat asri kayaknya sedih banget dengan rencana loe itu.”

“oohh gituu.. ya udaah deh, kalau gitu gue ke perpustakaan dulu yaa. Mau balikin buku.”

“ohh iyaa deeh”
          
           Saat melewati Rian, hati diana yang tadinya senang karna ia pikir Rian mencemaskan rencana keberangkatannya, kini berubah menjadi sedih. Karna ternyata Rian mencemaskan keadaan asri yang akan dia tinggalkan. Yah, memang seharusnya seperti itu. Sadarlah Diana, dia pacar Asri sahabatmu.

Sepeninggalan diana. Rian berbisik dalam hati,

“Seandainya aja elo yang jadi milik gue di...”

            Satu hari sebelum kebrangkatan diana. Sebelum pulang diana berpamitan dengan teman-temannya, kepala sekolah, dan para guru. Setelah berpamitan dengan semuanya. Ia dan kedua sahabatnya menuju ke belakang sekolah. Disana mereka bercerita untuk terakhir kalinya dengan diana sambil mengangis bersama.

“di, kenapa sih loe harus ikutan pindah sama nyokab loe ? kan gpp kalau loe tetap disini. Ntar kalau loe udah lulus baru loe nyusul kesana.”

“gue nggak bisa nolak sri, lagian kan loe tau yang sekarang nyokab gue punya hanya gue dan kak sera.”

“tapi, loe bakal balik lagi kesini kan di ?”

“iyaa... ntar kalau liburan gue ke sini deeh. Tapi, kalian janji kan nggak bakal ngelupain gue?”

“pasti dong di.. masa sahabat sebaik loe kita lupain.”

Diana masih berpikir dengan ucapannya tadi. Diana meyakinkan kedua sahabatnya untuk tidak melupakannya, sedangkan ia mungkin akan lupa dengan mereka, dan apa yang terjadi hari ini, mungkin tidak akan pernah ada diingatannya saat bangun setelah operasi nanti. Disaat itu Rian dan Agung melihat mereka.

“gung, besok dia mau pergi looh, knpa loe blom juga nembak dia? Ntar nyesal loh?” desak Rian pada agung sahabatnya.

“nggak deh riz, gue nggak berani. Kalau emang jodoh pasti ntar ketemu lagi.”

“pasrah amat sih hidup loe!!”

Dalam hati Rian benar benar menyesal dengan katakata sahabatnya itu. Dia sudah merelakan Diana untuk sahabatnya, tapi Agung malah lebih memilih diam dan tak berbuat apaapa untuk mencegah kepergian diana.

            Sampai di parkiran diana mencari kakaknya yang katanya sudah ada di parkiran.
“Diana ....” teriak sebuah suara. Ternyata itu Rian.

“Iya, ada apa ?”

“ini ...” Rian memberi sesuatu pada diana.

“ini apa ? dari siapa ? dari asri ? kok dia nggak ngasih sendiri ke gue ?”

“bukan di, ini dari...gue sendiri. Eeh iyaa.. Udah dulu yaa gue buru buru. Jangan lupa dibuka yaa isinya.”

Diana masih diam dan tampak bingung. Tiba tiba dari arah belakang kakaknya mengagetkannya.

“Hayooo...tadi itu siapa ? yaaah di kasi kado. Hahaa..”

“iihh apaan sih.. udah yuk balik.”

Mereka meuju ke mobil dan kembali kerumah.

            Sampai dirumah diana kembali merapikan tas tas yang akan dia bawa besok. Tibatiba dari arah belakang seseorang menutup matanya. Ternyata itu Rendi.

“heeeyy apa apaan sih loe ?”

 “haaii di .. lagi sibuk yaah. gue bantu yaah?”

“bantu ? loe mau bantu apaan? Nggak perlu !!”

“jutek amat loh. Gue kan kesini mau ngeliyat elo sbelum loe berangkat besok. Lagian pasti bakal 
sepi deeh nggak ada loe.”

“apa? Sepi ? baru ini gue liyat loe mewek gitu?”

“iya dong di, ntar klau loe pergi siapa lagi yang gue jahilin, siapa lagi yang cerewetin gue kalau lagi kerupuk udang, trus siapa lagi yang seenaknya jewer kuping gue.”

“yaa ampuunn ren, santai kali. Ntar kan gue balik kesini lagi. Yaah tapi, pastinya loe harus bantu gue ingat sama loe.”

“iyaa itu pasti.”

“berapa lama loe disana?”

“nggak tau..”

“ntar sebelum operasi loe kirim e-mail dulu yaah ke gue, minta do’a gitu sama gue.”

“iyaa iyaa oke ... baweell deeh loe. Udah deeh bantuin gue turunin nih koper yaa.”

“siip..”

            Malam tiba, setelah makan malam bersama rendi pulang, diana melihat ibunya sedang duduk di teras belakang. Diana menghampiri ibunya.

“ma..diana mau bicara sebentar. Boleh?”

“iyaa sayang. Sini duduk samping mama.kamu mau bicara apa?”

“ma.. kalau diana nanti nggak ingat apaapa lagi, mama gimana ?”

“mama pasti bakalan berusaha membuka memori kamu yang baru. Nanti saat kamu selesai operasi dan kamu sadar, mama bakalan berusaha jadi orang pertama yang kamu lihat.”

“tapi ma, kalau seandainya operasi itu gagal dan diana harus pergi mama gapapa kan ?”

“kamu bicara apa sih nak? Itu nggak boleh terjadi. Mama akan lakuin apa aja untuk menyembuhkan kamu.”

“tapi, kita nggak tau takdir. Diana hanya bertanya sama mama jika memang diana pergi nanti, mama nggak apa apa kan? Diana nggak mau ngeliyat mama sedih, jika itu benar terjadi. Apalagi kalau mama nggak bisa mengikhlaskan diana. Diana bicara begini karena diana takut jika hal itu terjadi diluar dugaan dan tiba-tiba”

Ibu diana tidak dapat menjawab perkataan anaknya, ia memilih untuk memeluk anaknya itu dan menangis.

             Hari keberangkatan diana tiba. Diana tampak pucat pagi itu. Matanya tampak bengkak karna menangis. Sampai di bandara, diana duduk sambil membuka hadiah yang diberikan Rian untuk nya. Dan ia membaca kembali surat yang Rian berikan padanya. Surat itu berisi tentang perasaan Rian selama ini ke diana. Ternyata Rian juga menyukai diana, hanya saja Rian mengalah demi Agung yang juga menyukai diana, dan Rian lebih memilih menuruti perkataan diana untuk berpacaran dengan Asri. Awalnya Rian setuju karna ia berpikir jika berpacaran dengan Asri nnti dia masih bisa dekat dengan diana. Tapi, Rian salah justru diana semakin menjauh.

            Disurat itu Rian membuat diana harus memilih. Jika diana menyukai nya diana akan pergi ke tempat pertama kali mereka bertemu. Rian akan menunggunya disana. Diana masih bingung sampai pada akhirnya kakaknya mengajak nya untuk ke pesawat karna waktu keberangkatan mereka segera tiba. Sampai di pesawat diana tidak dapat duduk dengan tenang. Akhirnya diana meminta izin kepada kakak nya untuk ke toilet. Tapi, saat pesawat akan lepas landaspun diana tak kembali. Tiba tiba saja seorang pramugari memberi sesuatu kepada kak sera. Kak sera langsung kaget saat membaca sebuah surat yang dititip kan diana kepada seorang pramugari itu.

Diana nggak bisa pergi sekarang. Diana masih ada urusan. Maafin diana kak.”

Kak sera pun bergegas turun dari pesawat dan berlari mencari diana. Tapi, terlambat diana sudah menaiki sebuah taxi dan menuju tempat Rian.
Dilain tempat, Rian masih menunggu diana yang belum juga datang. Ia tau bahwa hal yang ia harapkan tidak mungkin dapat terjadi. Tapi, Rian tetap saja menunggu dan berharap diana akan datang.

            Diana sampai ditempat itu. Rian tampak cemas menunggu diana. Desiran ombak pantai seperti memberi tahukan Rian atas kedatangan orang yang ia tunggu. Karna tiba tiba saja Rian melihat ke arah diana. Rian berlari menghampiri diana. Dan kemudian memeluknya. Diana yang saat itu benar benar tampak pucat, tiba tiba saja hidungnya mengeluarkan darah segar. Rian tampak begitu cemas melihat diana. Tapi diana mencoba menenangkan Rian dan mengajaknya duduk di tepi pantai yang sepi itu.

“diana.. kamu nggak apa apa ?”

“nggak apa apa kok. Ini udah biasa.. “

“makasih yaah di udah mau datang kesini ?” ucap Rian sambil tersenyum.

“iya, tapi kedatangan gue kesini bukan karena gue membalas perasaan loe, tapi karna gue ingin mewujudkan keinganan terakhir gue.”

“keinginan terakhir ? keinginan apa?”
Tiba tiba dari belakang terdengar suara ...

“Diana .. Rian ..”

Ternyata itu Lila dan asri, sebelum diana pergi menemui Rian dia ternyata sudah memberi tahu asri dan lila untuk pergi kesana juga.

“diana kok loe nggak jadi berangkat?”

“diana pindah ke samping asri, dan merebahkan bahunya di samping asri.”

“sri, ingat nggak pertama kali kita ketemu sama Rian disini, elo adalah orang yang paling sibuk memperhatikan dia. Apalagi saat loe tau kalau Rian itu anak baru diskolh. Loe bahkan minta bantuan sama gue buat cari tau semua tentang Rian. Tapi loe tau nggak sri itu adalah kesalahan terbesar yang pernah loe buat. Karna gara gara itu, gue jatuh cinta sama dia. Awalnya memang gue nggak rela kalau loe sama Rian, tapi setelah tau gue di vonis dokter mengidap penyakit Kanker otak stadium akhir, gue terpaksa harus say good bye buat perasaan gue. Dan impian gue hanya satu yaitu bikin loe jadian sama Rian.”

Asri yang mendengar pernyataan itu dari diana langsung menangis ..

“apa? Maksud loe? Jadi slama ini loe bohong sama gue. Knpa loe nggak pernah bilang ?”

“untuk apa gue bilang, selama gue masih bisa ikhlas gue bakal memendam perasaan gue dalam-dalam, sampai saat nya tiba gue kasih tau elo. Dan ini lah saat nya sri. Gue nggak mau pergi dengan kebohongan yang gue pendam.”

“di, maavin gue, gue benar benar nggak tau apa apa. Seharusnya gue cari tau tentang perasaan loe. Gue emang bukan sahabat yang baik. Maavin gue di.”

“udh laa sri. Smua udah terjadi. “

“di, maksud keinginan terkhir yang loe bilang ke gue tadi apa?” Ria angkat bicara.
Diana diam sejenak menarik nafas nya.

“keinganan gue, disisa hidup gue ini, gue mau melihat tempat ini untuk terakhir kali bersama kalian dan mengungkap kan semuanya. “

Tiba tiba diana batuk dan mengeluarkan darah. Tapi, ia tetap saja melanjutkan pembicaraannya tanpa memperdulikan kecemasan ketiga orang disampingnya itu.

“dan gue mau ngeliyat asri sama yoriz berjanji disini. Gue dan lila yang akan jadi saksi.”

 “janji apa di?”

“nggak di nggak.. maksud loe apa ? kok loe ngomong udah kyk mau mati sih?. Nggak di, kita masih bisa samasama. Sekarang ayoo kita kerumah sakit. Ayoo di ..” lila yang dari tadi hanya menangis kini angkat bicara.

“nggak lila.. gue nggak mau . gue mau disini, gue ngerasa tenang disini. “
Diana menarik tangan Asri dan Rian.

“kalian janji yaah tetap samasama. Soalnya kalian tau gue udah berkorban perasaan demi kalian, jadi apapun yang terjadi kalian harus tetap samasama. Tidak mudah mengorbankan perasaan. Maka kalian jangan sia-sia kan hubungan kalian. Jangan sering bertengkar lagi okey ?”
Asri menangis dan memeluk diana. Kalung yang yang diberikan Rian untuk diana kini diana memasangnya di leher sahabatnya itu.

“ini apa di?”

“dipakai yaah... jangan dilepas.. anggap aja ini hadiah dari gue untuk hari Ultah loe 2 hari lagi. Maaf gue nggak bisa datang..”

“Lila...jangan cengeng atau manja lagi yaah.”
Lila mengangguk lemas, darah segar mengalir kembali dari hidung diana, hingga akhirnya suasana hening di pantai itu menjadi pecah oleh suara tangisan ke 3 remaja yang kehilangan sahabat mereka....

               Sebuah Acara pemakaman sederhana berlangsung di sebuah pagi yang lembab. Hari tampak mendung dan gerimis.

“kalau diana masih ada, dia pasti senang banget ngeliyat gerimis.” Asri berbisik dalam pelukan Rian.

Dan dari kejauhan tampak ibu diana menangis dalam pelukan Sera.

            Gerimis kini berubah menjadi hujan. Sepertinya hari juga menangis karna kehilangan gadis cantik sebaik diana. Tampak para pelayat pergi satu persatu. Pada akhirnya hanya diana lah yang tertinggal sendiri di rumahnya yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar